Gubemur jendral Sebagai penguasa di wilayah Nusantara, Gubemur Jenderal Belanda biasa bersikap keras dan bahkan cenderung kasar terhadap rakyat. Daendels, Van Den Bosch, dan van der Capellen dikenal tanpa punya peri kemanusiaan. Mereka hanya berpikir bagaimana target-target bisa dicapai saat berkuasa. Akan tetapi, hal ini berbeda dengan Gubemur Jenderal Raffles. Tidak sekadar berkuasa, Raffles bahkan menunjukkan kecintaan yang berlebih kepada ilmu pengetahuan. Ia membangun Kebun Raya Bogor, menulis buku sejarahjawa, dan menyukai ilmu biologi. Tidak hanya heran hila nama Raffles cukup harum di negeri kita. Nilai-nilai apa yang bisa kita dapatkan dari perilaku para gubemur jenderal?

Gubemur jendral Sebagai penguasa di wilayah Nusantara, Gubemur Jenderal Belanda biasa bersikap keras dan bahkan cenderung kasar terhadap rakyat. Daendels, Van Den Bosch, dan van der Capellen dikenal tanpa punya peri kemanusiaan. Mereka hanya berpikir bagaimana target-target bisa dicapai saat berkuasa. Akan tetapi, hal ini berbeda dengan Gubemur Jenderal Raffles. Tidak sekadar berkuasa, Raffles bahkan menunjukkan kecintaan yang berlebih kepada ilmu pengetahuan. Ia membangun Kebun Raya Bogor, menulis buku sejarahjawa, dan menyukai ilmu biologi. Tidak hanya heran hila nama Raffles cukup harum di negeri kita. Nilai-nilai apa yang bisa kita dapatkan dari perilaku para gubemur jenderal?

Nilai yang bisa diambil dari Raffless yaitu kecintaannya akan ilmu pengetahuan, terutama flora dan fauna, kemudian nilai kebebasan yang diperkenalkan oleh penganut liberal seperti Raffles.

Untuk lebih detailnya, yuk simak penjelasan berikut.

Pemerintahan Thomas Stanford Raffles di nusantara berlangsung pada 1811-1816. Sebagai seorang penganut liberal, pemerintahan Raffles berpegang pada tiga prinsip. Pertama, segala bentuk kerja rodi dan penyerahan wajib dihapus, diganti penanaman sebagai pemungut pajak dihapuskan dan para bupati dimasukkan sebagai bagian pemerintah kolonial. Ketiga, atas dasar pandangan bahwa tanah itu milik pemerintah, maka rakyat penggarap dianggap sebagai penyewa. bebas oleh rakyat. Kedua, peranan para bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan dan para bupati dimasukkan sebagai bagian pemerintah kolonial. Ketiga, atas dasar pandangan bahwa tanah itu milik pemerintah, maka rakyat penggarap dianggap sebagai penyewa.

Selain sebagai seorang negarawan, Raffles juga seorang ilmuwan. Raffles juga sangat memperhatikan terhadap bahasa dan adat istiadat masyarakat di Jawa. Ia juga sangat tertarik pada antropologi dan botani. Makalah-makalahnya kemudian diterbitkan dalam majalah Verhandelingen. Bahkan begitu terkesan dengan Indonesianya dengan segala budayanya, apalagi Jawa, maka setelah pulang ke Inggris, Raffles kemudian menulis buku History of Java Untuk merealisasikan buku itu.

Berdasarkan pemaparan di atas, perilaku Raffles sebagai seorang liberal berusaha untuk meniadakan kerja paksa, wajib tanam serta kerja rodi. Bagi pengelola tanah juga diwajibkan untuk menyewa tanah. Hal ini dimaksudkan untuk menghapuskan praktik-praktik kolonial pada masa pemerintahannya. Selain itu, Raffles juga memiliki ketertarikan dalam ilmu pengetahuan, dengan membuat buku History of Java.