Mengapa Multatuli menulis penderitaan dan kesengsaraan kaum pribumi?

Cennatilah teks berikut ini!
Multatuli
Multatuli diambil dari bahasa Latin multa tuli yang bermakna banyak yang aku sudah derita. Multatuli adalah seorang tokoh besar. Ia penulis asal Belanda yang terkenal dengan karyanya berjudul Max Havelaar (1860) , sebuah novel satir yang berisi kritik atas perlakuan buruk dan kejam penjajah Belanda terhadap orang-orang pribumi di Hindia-Belanda (Indonesia).
Multatuli adalan nama samaran dari Eduard Douwes Dekker. Multatuli lahir di Amsterdam, Belanda pada 2 Maret 1820 dan meninggal di Ingelheim am Rhein, Jerman pada 19 Februari 1887 di usia 66 tahun. Multatuli tidak hanya seorang penulis novel, tetapi juga seorang dramawan. Karya-karya cukup diminati oleh berbagai kalangan, baik di negeri Belanda sendiri
maupun di luar Belanda.
Multatuli lahir dari keluarga yang berada. Ayahnya adalah seorang kapten kapal yang kaya. Penghasilan ayahnya tidak hanya cukup membiayai kehidupan keluarganya, bahkan bisa lebih dari itu. Di masa kecil dan remajanya, Multatuli terbiasa hidup mewah dan mapan. Bahkan pendidikan Multatuli telah dipersiapkan oleh ayahnya hingga sampai ke jenjang universitas.
Akan tetapi, kehidupan yang mapan dan mentereng itu justru membuat Multatuli mengalami kebosanan. Alhasil, prestasinya di sekolah melorot terns. Hal inilah yang menjadikan ayahnya kesal dan segera memutuskan untuk mengeluarkannya dari sekolah. Oleh ayahnya, Multatuli kemudian disuruh untuk bekerja. Dari dunia kerja inilah Multatuli akhimya sampai di Indonesia tahun 1839. Ia kemudian dipekerjakan sebagai pegawai negeri di kantor Pengawasan Keuangan Batavia.
Dari keberadaan di Indonesia inilah Multatuli menyaksikan penderitaan dan kesengsaraan bangsa Indonesia. Ia melihat bagaimana kejam dan buruknya perlakuan bangsanya sendiri terhadap bangsa lain. Ia juga melihat kemiskinan, gizi buruk, dan anak-anak terlatar di wilayah Lebak, Banten ketika ia menjabat sebagai Asisten Residen di Lebak, Banten.
Tak tega dengan semua itu, Multatuli kemudian pulang ke Belanda dan mulai menuliskan pengalaman hidupnya dalam melihat penderitaan bangsa Indonesia. Multatuli mengurung diri dalam kamar di sebuah hotel di Brussel, Belgia dan menulis buku Max Havelaar pada tahun 1859. Setahun kemudian, buku tersebut diterbitkan dan menimbulkan kegemparan di kalangan publik Belanda. Banyak orang tidak suka, termasuk tentu saja pemerintah kolonial Belanda.
(Sumber: id. wikipedia.org)

Daftar isi : hide
1 Cennatilah teks berikut ini! Multatuli Multatuli diambil dari bahasa Latin multa tuli yang bermakna banyak yang aku sudah derita. Multatuli adalah seorang tokoh besar. Ia penulis asal Belanda yang terkenal dengan karyanya berjudul Max Havelaar (1860) , sebuah novel satir yang berisi kritik atas perlakuan buruk dan kejam penjajah Belanda terhadap orang-orang pribumi di Hindia-Belanda (Indonesia). Multatuli adalan nama samaran dari Eduard Douwes Dekker. Multatuli lahir di Amsterdam, Belanda pada 2 Maret 1820 dan meninggal di Ingelheim am Rhein, Jerman pada 19 Februari 1887 di usia 66 tahun. Multatuli tidak hanya seorang penulis novel, tetapi juga seorang dramawan. Karya-karya cukup diminati oleh berbagai kalangan, baik di negeri Belanda sendiri maupun di luar Belanda. Multatuli lahir dari keluarga yang berada. Ayahnya adalah seorang kapten kapal yang kaya. Penghasilan ayahnya tidak hanya cukup membiayai kehidupan keluarganya, bahkan bisa lebih dari itu. Di masa kecil dan remajanya, Multatuli terbiasa hidup mewah dan mapan. Bahkan pendidikan Multatuli telah dipersiapkan oleh ayahnya hingga sampai ke jenjang universitas. Akan tetapi, kehidupan yang mapan dan mentereng itu justru membuat Multatuli mengalami kebosanan. Alhasil, prestasinya di sekolah melorot terns. Hal inilah yang menjadikan ayahnya kesal dan segera memutuskan untuk mengeluarkannya dari sekolah. Oleh ayahnya, Multatuli kemudian disuruh untuk bekerja. Dari dunia kerja inilah Multatuli akhimya sampai di Indonesia tahun 1839. Ia kemudian dipekerjakan sebagai pegawai negeri di kantor Pengawasan Keuangan Batavia. Dari keberadaan di Indonesia inilah Multatuli menyaksikan penderitaan dan kesengsaraan bangsa Indonesia. Ia melihat bagaimana kejam dan buruknya perlakuan bangsanya sendiri terhadap bangsa lain. Ia juga melihat kemiskinan, gizi buruk, dan anak-anak terlatar di wilayah Lebak, Banten ketika ia menjabat sebagai Asisten Residen di Lebak, Banten. Tak tega dengan semua itu, Multatuli kemudian pulang ke Belanda dan mulai menuliskan pengalaman hidupnya dalam melihat penderitaan bangsa Indonesia. Multatuli mengurung diri dalam kamar di sebuah hotel di Brussel, Belgia dan menulis buku Max Havelaar pada tahun 1859. Setahun kemudian, buku tersebut diterbitkan dan menimbulkan kegemparan di kalangan publik Belanda. Banyak orang tidak suka, termasuk tentu saja pemerintah kolonial Belanda. (Sumber: id. wikipedia.org)

Berdasarkan penggalan artikel di atas, jawablah pertanyaan berikut ini!
Mengapa Multatuli menulis penderitaan dan kesengsaraan kaum pribumi?

Mengapa Multatuli menulis penderitaan dan kesengsaraan kaum pribumi?

Multatuli menulis mengenai penderitaan rakyat Indonesia sebab beliau menyaksikan sendiri penderitaan dan kesengsaraan bangsa Indonesia. Ia melihat kemiskinan, gizi buruk, dan anak-anak terlantar. Beliau melihat bagaimana kejam dan buruknya perlakuan bangsanya yakni Belanda terhadap bangsa lain.

Untuk lebih jelasnya, pahami penjelasan berikut ini:

Penderitaan yang dirasakan Multatuli berawal di saat beliau menjadi pegawai negeri di kantor Pengawasan Keuangan Batavia. Beliau menyaksikan penderitaan dan kesengsaraan bangsa Indonesia. Ia melihat bagaimana kejam dan buruknya perlakuan bangsanya sendiri terhadap bangsa lain. Tak tega dengan semua itu, Multatuli kemudian pulang ke Belanda dan mulai menuliskan pengalaman hidupnya dalam melihat penderitaan bangsa Indonesia

Semoga membantu ya.